Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Dalam hal ini pelaku utama dari budaya adalah manusia. Artinya,
pertumbuhan penduduk yang terjadi tentunya memberikan pengaruh terhadap budaya
yang ada. Kepribadian seseorang terbentuk dari lingungan masyarakat yang
menjalankan suatu kebudayaan tertentu. Namun, hal ini tidak berarti setiap
kepribadian seseorang dalam suatu masyarakat sama.
Banyak faktor yang mempengaruhi kepribadian, baik faktor biologis,
faktor fisik, maupun faktor lingkungan. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
kepribadian setiap orang berbeda dan bermacam-macam. Sehingga, semakin banyak
penduduk maka semakin bermacam-macam kepribadian yang ada dan semakin banyak
pula budaya baru yang terbentuk. Hal ini berarti bahwa manusia merupakan penghasil
budaya. Budaya
terbentuk seiring dengan pertambahan penduduk. Budaya yang
dihasilkan bermacam-macam, baik dalam tingkah laku sehari-hari, teknologi baru,
dan lain-lain. Berbicara mengenai budaya, pasti kita mengenal akulturasi dan
asimilasi. Akulturasi adalah bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli. Sedangkan asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan asing
menjadi suatu kebudayaan yang baru. Dengan adanya jumlah penduduk yang banyak,
dapat mendorong terjadinya akulturasi dan asimilasi.
Tidak hanya menghasilkan budaya, banyaknya penduduk juga dapat menghilangkan
suatu budaya yang telah ada sejak lama. Misalnya budaya sopan santun yang mulai
menghilang saat ini. Seseorang akan lebih menghormati orang yang memiliki uang
daripada yang lebih tua umurnya. Orang tua yang pengemis tidak akan mendapat
penghormatan seperti penghormatan yang didapat orang muda yang berpenghasilan
tinggi. Hal ini berarti budaya lama
seperti sopan santun terhadap orang yang lebih tua menjadi luntur. Ini
disebabkan karena adanya budaya baru yang terlalu banyak sehingga orang tak
sempat untuk meneruskan budaya-budaya lama yang telah ada. Adanya kesenjangan sosial juga menjadi penyebab utama.
Selain itu adanya pengaruh budaya asing juga mempengaruhi budaya yang
ada di Indonesia. Banyaknya penduduk Indonesia memungkinkan banyaknya kebudayaan
baru yang masuk. Hal ini bisa berdampak baik maupun buruk. Contoh baiknya
adalah teknologi tinggi yang digunakan di luar negeri kini digunakan di
Indonesia. Sayangnya, budaya yang tidak sesuai dengan bangsa Indonesia juga
ikut masuk. Misalnya gaya berpakaian mini yang kini sudah diikuti oleh bangsa
Indonesia dan bahasa-bahasa luar negeri yang dicampurkan dengan bahasa
Indonesia menjadi percakapan sehari-hari.
Sebaiknya kita sebagai bangsa yang baik tetap menjaga budaya yang telah
ada dan selektif terhadap budaya baru yang masuk. Alangkah lebih baik jika saat
ini pemerintah mengadakan acara-acara yang dapat melestarikan budaya-budaya
yang telah ada. Misalnya mengadakan festival budaya setiap tahunnya yang
diikuti oleh seluruh penduduk Indonesia, baik di kota maupun desa. Dengan hal
ini dapat meminimalisir lunturnya budaya lama karena pertambahan penduduk.
Sebagai generasi muda, seharusnya kita sadar akan tugas kita untuk
menjadikan Indonesia yang lebih baik kedepannya. Mulai dari ikut serta dalam
melestarikan budaya dan selektif terhadap budaya asing yang masuk, sampai ikut
mengembangkan budaya yang ada dengan mengikuti perkembangan jaman yang tentunya sesuai
dengan latar belakang Indonesia. Jangan sampai budaya kita dicuri oleh bangsa
lain seperti yang sudah terjadi akhir-akhir ini. Budaya kita, tugas kita. Jika bukan
kita, siapa lagi? J
0 komentar:
Posting Komentar